BINADOW.ID, BOROKO – Gelombang kekecewaan melanda masyarakat Bolaang Mongondow Utara (Bolmut) setelah terkuaknya dugaan nepotisme dalam proses rekrutmen Panitia Pemungutan Suara (PPS) oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) daerah. Dugaan ini mencuat setelah beredarnya screenshot percakapan WhatsApp yang menunjukkan indikasi nepotisme dalam seleksi PPS.
Percakapan tersebut memperlihatkan seleksi PPS tidak didasarkan pada kualifikasi dan kompetensi, melainkan pada hubungan pribadi. Diduga, beberapa orang yang lolos seleksi adalah teman, sopir, mertua, dan adik dari Ketua KPU Bolmut, Jamaludin Djuka.
Kabar ini bagaikan bom waktu yang meledak di tengah masyarakat. Kepercayaan publik terhadap KPU Bolmut runtuh seketika.
“Praktik nepotisme ini mencoreng integritas dan kredibilitas KPU Bolmut,” kata Boby Maswara, pengamat pemilu. “Seleksi seharusnya dilakukan secara transparan dan objektif, mengutamakan kualifikasi dan kompetensi,” tegasnya.
Sontak, masyarakat dan aktivis pemilu langsung bereaksi. Mereka mendesak Ombudsman Republik Indonesia untuk segera turun tangan dan menyelidiki kasus ini secara menyeluruh. Tuntutan transparansi dan akuntabilitas penanganan kasus ini digaungkan untuk memulihkan kepercayaan publik terhadap penyelenggara pemilu.
Abdul Muin Wengkeng, Ketua Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Bolmut, juga didesak agar mengambil tindakan tegas. “Bawaslu memiliki peran penting dalam mengawasi jalannya pemilu. Kami harap mereka segera bertindak sesuai kewenangan mereka menyelidiki dan menindaklanjuti dugaan nepotisme ini,” ujar Ovan Laiya salah satu aktivis Bolmut.
lebih lanjut Ovan berharap pihak Ombudsman segera merespon aduan masyarakat. dia juga mendesak agar hasil investigasi diumumkan ke publik dan tindakan tegas diberikan jika terbukti ada pelanggaran.
Sementara itu, Jamaludin Djuka, Ketua KPU Bolmut, belum memberikan tanggapan resmi terkait insiden ini.
Penulis: Ramdan Buhang