Di balik hiruk pikuk kota Bolmut, Sulawesi Utara, terukir kisah pilu Ibu Salma, seorang ibu yang mendedikasikan hidupnya untuk kebersihan kota.
Sejak fajar menyingsing, tangan kasarnya yang penuh kapalan dengan telaten membersihkan jalan WR. Supratman sepanjang 550 meter di lingkungan tiga Boroko Timur. Selama 15 tahun, tak pernah ada keluhan dari warga atas kinerjanya. Bagi mereka, Ibu Salma bagaikan malaikat penjaga kebersihan, pahlawan tanpa tanda jasa yang selalu tersenyum ramah.
Setiap pagi, sebelum fajar menyingsing, Ibu Salma sudah terjaga. Aroma kopi hangat dan suara anak-anak yang bersiap sekolah memenuhi rumahnya yang sederhana. Dengan tangan yang penuh kasih, Ibu Salma menyiapkan sarapan dan menyiapkan anak-anaknya ke sekolah. Ia ingin mereka mendapatkan pendidikan terbaik, meskipun hidup mereka penuh dengan keterbatasan.
Selesai mengurus anak-anak, Ibu Salma bergegas menuju tempat kerjanya. Kakinya yang telah lelah dan badannya yang mulai renta tak mampu menghentikan semangatnya untuk bekerja. Ia ingin memberikan yang terbaik bagi keluarganya, meskipun gajinya sebagai petugas kebersihan tak seberapa.
Namun, pada Selasa (7/5/2024), petaka datang menghampiri Ibu Salma. Ia dipecat dari pekerjaannya tanpa alasan jelas dan surat resmi. Air mata membasahi pipinya yang keriput saat menceritakan kisahnya kepada reporter media. Pemecatan ini bagaikan petir di siang bolong, menghancurkan harapan dan masa depannya.
Ibu Salma tak habis pikir mengapa ia dipecat. Ia selalu bekerja dengan penuh tanggung jawab dan dedikasi. Ia tak pernah membolos atau meninggalkan pekerjaannya. Pemecatan ini bagaikan tamparan keras di wajahnya, merenggut harga dirinya dan meninggalkan luka mendalam di hatinya.
Di rumah, anak-anak Ibu Salma menanti dengan penuh harap kepulangannya. Namun, saat melihat wajah ibunya yang muram, mereka langsung mengerti bahwa ada yang salah. Air mata anak-anak Ibu Salma mengalir saat mereka mendengar kabar pemecatan ibunya. Mereka tak mengerti mengapa ibu mereka harus kehilangan pekerjaannya, dan bagaimana mereka akan hidup tanpa penghasilan dari sang ibu.
Kisah Ibu Salma adalah pengingat pahit bahwa di balik hiruk pikuk kota, ada orang-orang kecil yang berjuang untuk bertahan hidup. Mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang sering kali dilupakan dan diabaikan. Pemecatan Ibu Salma adalah contoh nyata ketidakadilan yang terjadi di masyarakat.
Menurut Kepala DLH Bolmut, Dr. Hidayat Panigoro,M.Si., Pemecatan Ibu Salma bukan tanpa alasan, keputusan ini diambil setelah melalui proses evaluasi yang ketat.
“Sebelas tenaga kebersihan, termasuk Ibu Salma, dinilai melakukan pelanggaran dan tidak memenuhi standar kinerja yang ditetapkan,” ujarnya.
Satu Teguran dan Kinerja di Bawah Standar
Ibu Salma mengakui pernah mendapat satu kali teguran saat ia sakit. Meski sakit, ia tetap berusaha menyelesaikan tugasnya, dan tetunya, hal itu berdampak pada kinerjanya. namun Ia selalu berusaha memberikan yang terbaik.
Tanggapan dan Pertanyaan yang Muncul
Pemecatan Ibu Salma menuai sorotan dan pertanyaan. Banyak yang prihatin dan mempertanyakan keadilan di balik keputusan ini. Apakah satu teguran dan kinerja di bawah standar menjadi alasan yang cukup untuk mengakhiri 15 tahun pengabdiannya?
Penulis: Ramdan Buhang